Kita Tidak Bisa Mengontrol Orang Lain Bertindak, Tetapi Bisa Mengontrol Bagaimana Kita Merespons

Ada sebuah tulisan yang menarik sekali yang sepertinya bisa memberikan kita suatu pandangan khusus terkait dengan bagaimana kita menyikapi kehidupan ini. Saya coba copas disini supaya tida ada iklan dan enak dibacanya. Tulisan ini bukan tulisan sayan, namun sangat sangat terkesan dengan tulisan ini

Tulisan ini di tulis oleh  Suhandoko ( sumber lengkap di bagian bawah artikel )

Begini tulisannya.......................

Kita Tidak Bisa Mengontrol Orang Lain Bertindak, Tetapi Bisa Mengontrol Bagaimana Kita Merespons

Pernahkah kamu merasa kesal karena seseorang bersikap kasar, meremehkan, atau menyakiti perasaanmu tanpa alasan yang jelas? 

Atau kamu pernah dikecewakan oleh teman, rekan kerja, atau bahkan orang yang kamu percaya? 

Jika iya, kamu tidak sendirian. 

Kita semua pasti pernah berada dalam situasi di mana tindakan orang lain membuat kita naik pitam, bingung, atau bahkan patah hati. 

Namun, di tengah badai emosi dan gejolak reaksi spontan, filsuf modern Massimo Pigliucci menyodorkan sebuah pernyataan bijak yang bisa mengubah cara kita menjalani hidup: “Kita tidak bisa mengontrol bagaimana orang lain bertindak, tetapi kita selalu bisa mengontrol bagaimana kita merespons.”  

Kalimat ini bukan sekadar nasihat klasik, tetapi inti dari filosofi Stoikisme, sebuah ajaran kuno yang kini kembali relevan di tengah dunia yang serba reaktif, impulsif, dan penuh tekanan sosial. Dunia yang Tak Terduga, Reaksi yang Terkendali Salah satu tantangan terbesar dalam hidup adalah kenyataan bahwa kita tidak bisa mengendalikan dunia luar. 

Kita tidak bisa memastikan bahwa orang akan memperlakukan kita dengan adil. Kita tidak bisa menjamin bahwa semua akan berjalan sesuai harapan. Tapi, seperti yang ditekankan Pigliucci, ada satu hal yang selalu bisa kita kendalikan: bagaimana kita memilih untuk merespons. Inilah titik balik yang membedakan orang yang bijak dari orang yang dikendalikan oleh emosinya. Dalam ajaran Stoik, reaksi yang kita berikan lebih penting daripada situasi itu sendiri. Dunia bisa kacau, orang bisa mengecewakan, tetapi diri kitalah yang menentukan apakah kita akan ikut terbakar atau tetap tenang.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap membiarkan emosi menguasai kita. Marah, sakit hati, kecewa, iri, semua itu muncul tanpa undangan dan sering kali mengambil alih kemudi hidup. Tapi Pigliucci mengingatkan bahwa emosi hanyalah tamu. Kita bisa menyambutnya, memahami maksud kedatangannya, tapi tidak harus memberikan kunci rumah padanya. 

Jika seseorang memperlakukan kita dengan tidak adil, kita mungkin merasa marah. Itu wajar. Tapi apakah kita harus membalas dengan kemarahan yang sama? Atau justru mengambil napas dalam, melihat situasi dengan jernih, dan merespons dengan kebijaksanaan? 

Dalam konteks ini, mengontrol respons bukan berarti menahan emosi, tapi memilih tindakan yang bijak berdasarkan kesadaran, bukan dorongan sesaat. Respon Bijak di Dunia Digital Di era media sosial, godaan untuk merespons secara reaktif makin besar. Satu komentar sinis bisa memicu perdebatan panjang. Satu unggahan bisa membuat emosi meledak. Sayangnya, banyak orang lupa bahwa tombol "kirim" itu bukan sekadar fungsi digital, tapi cerminan dari kualitas karakter kita. Pigliucci sering menyampaikan bahwa filosofi Stoik bukan untuk menyendiri dari dunia, tapi menjadi bagian dari dunia dengan cara yang lebih bermartabat. Ketika kita mampu menahan diri untuk tidak membalas hinaan, mengabaikan provokasi, atau memilih diam saat situasi panas, itu bukan kelemahan. Justru, di situlah kekuatan sejati kita

Latihan Stoik: Jeda Sebelum Merespons Salah satu latihan sederhana tapi efektif dalam Stoikisme adalah menunda reaksi. Saat seseorang berkata kasar atau melakukan sesuatu yang menyakitkan, jangan langsung bereaksi. Diamlah sejenak. Tarik napas. Tanyakan pada diri sendiri: apakah ini pantas mendapatkan respons emosional? Apakah ini benar-benar penting dalam gambaran besar hidupku?

Latihan ini bisa mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia. Kita jadi lebih bijak, lebih tenang, dan lebih mampu membuat keputusan yang tepat di tengah tekanan. Menjadi Pemimpin atas Diri Sendiri Massimo Pigliucci mengajarkan bahwa Stoikisme adalah tentang menjadi pemimpin atas pikiran dan tindakan kita sendiri. Kita tidak bisa memimpin dunia, tidak bisa mengontrol orang lain, tapi kita bisa memimpin diri sendiri. Dan kepemimpinan itu dimulai dari bagaimana kita merespons sesuatu. 

Respon yang tenang di tengah kekacauan adalah bentuk kekuatan yang tidak bisa diganggu gugat. Respon yang bijak saat diserang adalah pernyataan bahwa kita tidak bisa diatur oleh keburukan orang lain. Dan pada akhirnya, itulah kebebasan sejati, bebas dari dikendalikan oleh hal-hal yang ada di luar kuasa kita. Dunia Butuh Lebih Banyak Keteguhan Emosional

Di tengah zaman yang penuh provokasi, opini cepat saji, dan konflik sosial yang terus bermunculan, dunia butuh lebih banyak orang yang menanggapi, bukan bereaksi. Butuh lebih banyak orang yang bisa menahan diri, berpikir jernih, dan memilih jalan yang bijak. Kutipan Pigliucci ini bukan hanya tentang etika pribadi, tapi juga panduan untuk hidup damai di dunia yang bising. Kita bisa mulai dari diri sendiri, dari hari ini, dengan cara yang sederhana: mengendalikan diri sebelum merespons.


Artikel ini sudah tayang di VIVA.co.id pada hari Senin, 12 Mei 2025 - 00:15 WIB

Judul Artikel : “Kita Tidak Bisa Mengontrol Orang Lain Bertindak, Tetapi Bisa Mengontrol Bagaimana Kita Merespons” – Massimo Pigliucci

Link Artikel : https://wisata.viva.co.id/pendidikan/18687-kita-tidak-bisa-mengontrol-orang-lain-bertindak-tetapi-bisa-mengontrol-bagaimana-kita-merespons-massimo-pigliucci?page=4

Oleh : Suhandoko

Posting Komentar untuk "Kita Tidak Bisa Mengontrol Orang Lain Bertindak, Tetapi Bisa Mengontrol Bagaimana Kita Merespons"